Langsung ke konten utama

Sepotong Kisah yang Menautkan Kita



Pagi yang begitu dingin. Hujan terlalu setia untuk meninggalkan bumi, menghujam bumi dengan segala yang ia miliki.
Angin bertiup perlahan, pucuk pepohonan bergoyang, mengikuti irama yang alam tawarkan. Embun tebal menutupi jendela, tinggalkan kesan dingin dan terlupakan.
Ini adalah sepotong kisah yang menautkan kita. Bukan  tentang kesendrian yang berusaha membuatku merasa bosan setengah mati.
Kamu tahu, rindu adalah perasaan yang akan selalu mengendap dalam dada. Tidak akan terhenti.
Apakah kamu menatap langit yang sama seperti yang kutatap sore kemarin? Saat angin menghembus kencang, menusukku, mengibaskan pakaianku layaknya seorang dewi yang turun dari langit. Hahaha, agaknya aku terlalu berlebihan.
Bukan, aku tidak membayangkan kamu sebagai pangeran berkuda putih, tidak! Aku hanya menyorongkan kedua tanganku ke angkasa, berusaha menggapai langit. Barangkali di sana, kamu melakukan hal yang sama.
Saat aku menangkupkan kedua tanganku di dada, apa kamu merasakan hembusan angin yang membawa do’aku untukmu? Apa kamu merasakan desiran bayu di sekelilingmu?
Ah, pagi ini terasa begitu sesak. Bukan hanya suhu yang memaksaku masuk ke dalam cangkangku, tapi juga rindu. Begitu sesak di dada.
Adalah masa depan, yang menghantuiku. Perasaan macam apa yang sanggup meluluhkanmu? Tidak ada. Kamu tetap berdiri tegak, takmenghiraukan aku sama sekali. Bukan aku, yang ada dalam hatimu.
Mari kita beranjak pada siang—yang masih saja begitu dingin. Menghentikan otakku, yang berusaha menuliskan puisi tentang kamu. Mungkin, beberapa tahun lagi aku akan menyesal telah menuliskan sajak-sajak itu untukmu, mungkin.. Atau, aku begitu tersentuh dengan tulisan-tulisanku yang begitu naΓ―f. Atau..segala kemungkinan lain yang memenuhi otakku.
Suara tawa di luar sana menjadi selingan di antara lagu-lagu yang terus terputar berulang-ulang. Satu demi satu meluluhkan tetes panas yang menyelinap dari ujung-ujung kelopak mataku. Hey,  bisa kau dendangkan satu lagu untukku? Atau tidak sama sekali.
Hatiku hancur di sela-sela riuh rendah tawa di luar sana. Memunguti serpihannya, terasa jauh lebih menyakitkan. Katakan, “Selamat tinggal!”
Nyayian yang terus meninabobokanku dalam perih.
Namamu.
Apakah ini semua akan menjadi lebih buruk? Aku tidak tahu.
 Aku masih menunggu datangnya sore, sore lain yang terus menggerus semangatku. Yang lebih beku dari pagi ini. Yang terlalu pedih untuk diungkapkan, terlalu mengiris-iris luka lama dengan luka baru,  lebih dalam dan lebih pilu.
Semalam, tiada bintang di kelam gelap..begitu juga malam kemarin, kemarin dan kemarin. Malam nanti? Esok? Siapa yang tahu? Suara  katak bersahut-sahutan, mengingatkanku akan semesta. Yang merindu padamu. Yang meninggalkan kesendirian sebagai pelukan terhangat.
Impian? Siapa yang bermimpi? Aku? Kamu? Tidak kulihat kata ‘kita’ terselip di sana.
Kursor terlihat berkedip-kedip di layar notebook-ku, mengingatkan aku akan kisah yang kualami, sedang dalam perjalanannya menjadi sebuah cerita bagi khalayak umum. Mungkin hanya menjadi kisah yang akan dicampakkan pembacanya, mungkin akan berakhir di keranjang sampah, mungkin juga berakhir tanpa ada seorangpun yang mengetahui keberadaannya. Kecuali Tuhan, aku dan mungkin hati kecilmu.
Ah, kata-kata. Kemana perginya kalian? Bagaimana mungkin kalian bersembunyi, dari pemilik luka yang berusaha sekuat tenaga untuk sembuh? Bagaimana mungkin, kalian pergi dari pujangga yang bersedih hati?
Kabut tebal menutupi pandangan. Mungkin yang aku butuhkan hanyalah secangkir teh panas tanpa gula dengan hamparan hutan pinus di depan mata. Menggigil bukanlah favoritku, tapi apa peduliku, selama aku takharus teringat akan pedih yang terus menghantui? Aku menemukan sosokku berjalan di antara pohon pinus yang basah. Hujan yang melakukannya.
Mungkin, esok hari, aku akan terbangun dalam tubuh asing yang tak kukenali . Atau, terbangun sebagai seekor burung gereja di atas sarang sederhana di balik genteng rumah petani tua di lereng bukit sana. Atau, menjadi sesosok alien aneh dengan kulit bercahaya yang menginvasi planet asing. Aku takpeduli, selama aku takharus teringat akan senyumanmu.
Atau aku akan terbangun di lorong-lorong Kota London, dengan pakaian compang-camping dan wajah memelas memohon belas kasihan. Atau, terbangun di atas perahu kecil yang terhanyut di kota air Venice, atau, menjadi salah satu pelacur dengan dandanan sensual yang dipajang di jendela-jendela Kota Amsterdam. Ah...aku takpeduli, selama aku takharus terbayang oleh citra punggungmu yang kekar.
Tapi siapa aku? Yang berjalan terseok-seok di antara kenangan? Yang menangis dalam bisu? Yang hancur berkeping-keping?
Ah, seandainya kaulihat, lumut yang begitu mesra menyelubungi pohon-pohon pinus di sini. Atau hujan yang tidak pernah alpa merintik, menderas dan mengepung bumi. Atau rasa dingin yang senantiasa memeluk hangat para penduduk desa. Dan, ah, mengapa terlalu rumit bagiku untuk membayangkan hangatnya sosokmu? Apa kamu mendekap udara yang sama seperti yang kudekap? Apa kamu menghirup aroma hujan seperti yang telah berulangkali aku hirup?
Aku masih menggigil kedinginan, dengan jemari yang terasa kebas. Ha! Betapa beraninya alam mencuri oksigen untuk otakku? Atau aku melihat sosokmu yang berjalan perlahan ke arahku—
***

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENGALAMAN LULUS TES CPNS 2018: KEMENKUMHAM

Dear All, Sebentar lagi pembukaan tes CPNS utk tahun anggaran 2019 akan dibuka ya? Udah ada persiapan sejauh mana? Belajarnya gimana? Mungkin aku bisa sedikit berbagi tips dan trick untuk lulus tes CPNS Dua kali ikut tes cpns, pertama apply di BPK thn 2017, lolos sampai tes wawancara tapi ga dapat kursi karena kuota 2 orang, aku ranking 4 dr 6 πŸ˜‚ nyesek banget tapi aku engga putus asa, tahun berikutnya aku ikut lagi tapi ambil di Kemenkumham dan alhamdulillah LULUS dan sekarang sedang mengikuti latsar (latihan dasar) sebagai syarat diangkat jd PNS πŸ˜„ mohon doanyaaa Yuk, yang tertarik untuk tau gimana caranya, silakan respon dan komen ya πŸ˜€πŸ˜€πŸ˜€πŸ˜€πŸ˜€ insyaa Alloh kalo responnya positif, aku usahain tulis semua pengalamanku saat itu buat gambaran kalian, siapa tahu bermanfaat PS: ternyata udah lama ga nulis bikin kaku ya πŸ˜›πŸ˜›πŸ˜›πŸ˜›πŸ˜›