Halo, Kay!
Aku kangen kamu.
Seperti malam yang kehilangan sinar rembulannya,
Seperti rerumputan yang merindu tetesan air hujan saat kemaraunya,
Seperti aku yang kangen kamu.
Halo, Kay!
Kalau kamu baca surat ini, beri tahu aku dimana rimbamu, ya?
Aku kehilangan jejakmu, sewindu lalu.
Aku kehilangan aroma kopi yang selalu kamu seduh di pagi hari.
Aku kehilangan senyum milik pemilik rindu yang berkelejat di dada ini.
Aku kehilangan, seperti aku kehilangan kamu.
Halo, Kay!
Segera balas surat ini ketika rinduku tersampaikan, ya?
Jangan buat aku menunggu.
Karena menunggu itu menyebalkan.
Tapi, Kay!
Aku rela menunggu sewindu.
Aku rela terombang-ambing layaknya kapal karam.
Aku rela, kok.
Kay, kalau aku bisa bertemu denganmu,
akan kusampaikan salam penuh cinta dari lubuk hati yang terdalam
akan kusampaikan aroma cupcakes manis kesukaanmu, padamu
akan kusampaikan tarian hujan pada pepadian yang menguning
akan kusampaikan rindu ini.
Kamu tahu, Kay?
Tidak mudah buatku untuk tetap tegar menantimu
Betapa penantian telah menggerogoti senyumku
Semangatku, perlahan terkikis waktu.
Tapi...rindu ini takpernah berhenti membuatku bertahan.
Tapi, senyummu selalu menari-nari di kepalaku...
Bila serbuk kopi Jamaica ini milikmu
aku akan menjadi seteko air panas yang melarutkan
aku akan menjadi uap yang menguarkan aroma syahdumu
aku akan menjadi aku.
Terima kasih, Kay, untuk semua.
Semoga Tuhan mengizinkan kita bertemu, nanti.
Mungkin di lipatan waktu yang lain.
Mungkin di dermaga yang lain.
Yang jelas, aku akan melemparkan sauhku dan mulai berlabuh,
begitu kutemukan dermaga senyummu.
PS: Kapan kita menikmati secangkir cappucino berdua?
Aku kangen kamu.
Seperti malam yang kehilangan sinar rembulannya,
Seperti rerumputan yang merindu tetesan air hujan saat kemaraunya,
Seperti aku yang kangen kamu.
Halo, Kay!
Kalau kamu baca surat ini, beri tahu aku dimana rimbamu, ya?
Aku kehilangan jejakmu, sewindu lalu.
Aku kehilangan aroma kopi yang selalu kamu seduh di pagi hari.
Aku kehilangan senyum milik pemilik rindu yang berkelejat di dada ini.
Aku kehilangan, seperti aku kehilangan kamu.
Halo, Kay!
Segera balas surat ini ketika rinduku tersampaikan, ya?
Jangan buat aku menunggu.
Karena menunggu itu menyebalkan.
Tapi, Kay!
Aku rela menunggu sewindu.
Aku rela terombang-ambing layaknya kapal karam.
Aku rela, kok.
Kay, kalau aku bisa bertemu denganmu,
akan kusampaikan salam penuh cinta dari lubuk hati yang terdalam
akan kusampaikan aroma cupcakes manis kesukaanmu, padamu
akan kusampaikan tarian hujan pada pepadian yang menguning
akan kusampaikan rindu ini.
Kamu tahu, Kay?
Tidak mudah buatku untuk tetap tegar menantimu
Betapa penantian telah menggerogoti senyumku
Semangatku, perlahan terkikis waktu.
Tapi...rindu ini takpernah berhenti membuatku bertahan.
Tapi, senyummu selalu menari-nari di kepalaku...
Bila serbuk kopi Jamaica ini milikmu
aku akan menjadi seteko air panas yang melarutkan
aku akan menjadi uap yang menguarkan aroma syahdumu
aku akan menjadi aku.
Terima kasih, Kay, untuk semua.
Semoga Tuhan mengizinkan kita bertemu, nanti.
Mungkin di lipatan waktu yang lain.
Mungkin di dermaga yang lain.
Yang jelas, aku akan melemparkan sauhku dan mulai berlabuh,
begitu kutemukan dermaga senyummu.
Milikmu selalu,
Caroline
PS: Kapan kita menikmati secangkir cappucino berdua?
Komentar
Posting Komentar