Langsung ke konten utama

Inspirasi



Sering kali, untuk bersyukur atas sesuatu adalah ketika ia tak lagi di sisimu

Ya, manusia adalah tempat salah dan khilaf. Seringkali kita tidak menyadari apa-apa yang telah kita dapatkan dan lupa bersyukur pada Tuhan atas segala nikmat yang telah Dia berikan pada kita. Begitu pula saya. Bahwa untuk memahami arti kehadiran seseorang yang begitu memberikan berpengaruh adalah ketika akhirnya saya harus jauh dari sisinya.

Ketika saya mendapatkan tugas mengarang tentang profil seseorang yang menjadi insprasi, saya begitu kebingungan, siapakah profil dalam hidup saya yang menginspirasi saya? Adakah yang benar-benar bisa memotivasi saya untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi? Saya belum bisa menemukan jawabannya hingga malam sebelum dateline tugas ini berakhir. “Mengapa begitu repot mengingat-ingat dan mencari siapakah orang itu ketika tenyata orang itu adalah orang terdekat kamu?” tanya saya pada diri sendiri.

Ibu. Wanita tertangguh yang pernah hidup di dunia ini. Wanita yang telah melahirkan saya ke dunia, yang telah membesarkan saya dengan penuh rasa tanggung jawab, wanita yang selalu menjadi inspirasi saya..yang baru benar-benar saya sadari saat saya jauh darinya, ketika jarak fisik memisahkan kami, yaitu setelah saya ditakdirkan Tuhan melanjutkan pendidikan sarjana saya di ranah Sunda, sekitar 350Km dari kota kelahiran saya. Dan saya patut bersyukur, tugas ini menjadi perantara bagi saya untuk mengingat-ingat kembali hal-hal yang telah beliau lakukan untuk saya dan saudara-saudara saya hingga kami tumbuh dan menjadi pribadi seperti sekarang ini.

Ketika saya masih kecil, ibu selalu mendongengi kami setiap malam, sebelum tidur. Dengan gaya bercerita yang sangat menarik, membuat kami selalu menanti-nanti datangnya malam dan menyaksikan beliau mendongengi kami. Saat bercerita, beliau sering menirukan dialek dan membut mimic muka yang sesuai dengan tokoh dari dongeng tersebut. Bahkan beliau tidak sungkan untuk berguling-guling demi penguatan cerita di atas tempat tidur yang dipenuhi anak-anaknya dengan mata yang tiada berhenti memelototi setiap detil gerakan dan kata-kata beliau. Saya cukup beruntung masih menemui saat ketika beliau memiliki cukup waktu untuk itu, karena sekarang adik-adik saya jarang mendapatkan dongeng sebelum tidur darinya, karena kesibukan beliau. Mungkin itulah yang membuat saya ketika beranjak dewasa menjadi begitu menyukai sastra dan gemar mengikuti perlombaan story telling dalam bahasa Inggris.

Ketika saya mulai masuk Sekolah Dasar, ibu saya berusaha mendisiplinkan dirinya untuk sekedar menanyakan kemajuan-kemajuan dan pelajaran apa yang saya dapatkan hari itu. Ketika ada tugas, ibu menunggui dan membantu saya mengerjakan tugas itu, dan seringkali mengajari saya –dengan gusar—saat melihat saya tidak terlalu paham atas pelajaran di sekolah. Beruntung, saya memiliki ibu yang cerdas dan bernaluri kuat. Sebuah pengalaman yang sangat berkesan dengan kuatnya ikatan antara ibu dan anak, masih saat saya duduk di bangku sekolah dasar, suatu ketika saya beum pulang saat seharusnya saya sudah sampai rumah. Saya tidak terlalu ingat apa yang menyebabkan saya belum bisa pulang segera, tapi saya teringat betapa saya ketakutan untuk berjalan sendiri melewati jalan setapak yang menghubungkan rumah saya dengan sekolah. Saat saya begitu kalut terduduk di depan kelas tanpa tahu apa yang harus saya perbuat, tiba-tiba sesosok wanita datang dan merangkul bahu kecil saya. Ibu! Saya segera memeluk ibu kuat-kuat dan mengikuti langkah beliau berjalan pulang ke rumah sambil menggenggam tangan beliau sepanjang perjalanan dengan hati yang begitu berbunga-bunga. Tidak semua anaknya pernah mendapat pengalaman dijemput ibu karena sebenarnya jarak dari rumah ke sekolah tidak jauh.

Selanjutnya hari-hari terasa kurang berkesan saat saya bertambah besar. Komunikasi antara saya dan ibu berjalan lancar tanpa ada kenangan yang memiliki kesan kuat di hati saya. Sekolah Menengah Petama, ya begitu-begitu saja. Sekolah Menengah Atas, juga biasa saja. Mungkin karena saya terlalu sibuk mengurusi diri sendiri dan mendapat teman baru sehingga seringkali lupa akan keberadaan ibu. Atau mungkin karena lahirnya adik-adik saya berturut-turut nyaris setiap tahun yang menyita perhatian ibu saya.  Ini berubah ketika saya berada di tahun terakhir SMA, saat saya masih belum menemukan Universitas dan jurusan mana yang harus saya pilih. Ibu saya begitu telaten menasihati dan mengarahkan saya mengambil jurusan mana yang sekiranya sesuai untuk saya dan mungkin saya masuki. Ketika saya ditolak masuk universitas yang saya impikan dan merupakan almamater ayah dan ketiga kakak saya—UGM—ibulah yang menenangkan saya dan meminta saya untuk belajar lebih giat lagi demi menghadapi ujian tertulis.

Saat akhirnya saya diterima di Sastra Jepang di Universitas Padjadjaran, Jawa Barat, ibu menatap saya dengan mata berkaca-kaca. Saya adalah anak pertama dari keluarga yang menempuh pendidikan kesarjanaan jauh dari keluarga. Tinggal jauh dari rumah rupanya memperkuat ikatan di antara kami. Saya menjadi sering menelepon ibu sekedar untuk menanyakan kabar ibu, ayah dan saudara-saudara saya. Ketika ada hal-hal baru, ada apa saja yang terjadi pada saya, saya ceritakan kepada ibu. Beliau selalu mendorong saya untuk menjadi lebih baik. Ibu selalu bisa memainkan perannya dengan baik, menjadi teman yang memahami kehidupan anak muda saat saya membahas trend dan hal-hal yang anak muda banget, menjadi ibu yang mengayomi dan penuh nasihat saat saya dilanda masalah, menjadi teman diskusi yang menyenangkan dan sebagainya.

Ibu tidak pernah memaksa saya mengikuti keinginan beliau dalam hal menjadi siapakah saya. Ibu hanya memberikan contoh langsung dengan perbuatannya. Hal yang sering saya abaikan, dan beruntung pada akhirnya saya memahami maksud beliau. Saya termotivasi untuk menjadi lebih, lebih dan lebih baik lagi.Baik tentang pribadi saya, tentang studi saya, tentang cara saya memperlakukan orang lain, tentang hidup saya. Mengubah sudut pandang saya, membuka diri pada hal-hal baru dan mencari lebih banyak  pengalaman untuk memperkaya diri. Tentang menyikapi masalah dengan tenang dan kepala dingin. Tentang bermimpi lebih tinggi dan berjuang untuk meraihnya. Tentang menjadi wanita dewasa yang bepikiran positif atas segala hal. Tentang selalu bersyukur kepada Tuhan atas semua anugerah yang ada dalam hidup saya, yang perlahan-lahan membentuk kepribadian saya.

Beberapa hari yang lalu saat saya menceritakan mimpi-mimpi dan obsesi saya, ibu mengatakan, “Kejarlah obsesi dan mimpimu, nak. Lakukan yang terbaik!” Dan ketika saya bicara terlalu cepat dalam bahasa Inggris, ibu  meminta saya untuk memperlambat kata-kata saya. Baru saat itulah saya mulai merasa bahwa ibu tak lagi muda. Ibu semakin menua. Sontak, hati saya bergetar. Saya menetapkan diri untuk bisa membuat bangga dan membahagiakan ibu sesegera mugkin. Saya berjanji dalam hati untuk tidak mengecewakan ibu. Berharap bahwa ibu dapat menyaksikan saya menjadi sarjana humaniora, memeluk saya dengan haru dan kemudian melihat saya menyongsong mimpi-mimpi saya yang lainnya. Semoga Tuhan berkenan mengabulkan. Amiin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sakit!

"Jatuh cinta itu menyakitkan!" kataku berulang-ulang tapi kamu hanya mengulurkan tanganmu yang hangat sembari berkata, "Kita bisa melewati ini semua, bersama." "Kamu hanya butuh percaya, bahwa kita bisa, dan kita pantas." Aku terdiam, taksanggup berkata Mungkin aku memang harus lebih percaya padamu Mungkin Tuhan ingin membuatku percaya, cinta itu ada, lewat senyumnya yang membuatku merasa, dialah rumah untuk hatiku bersauh Jatinangor, 15 Juni 2013

PENGALAMAN LULUS TES CPNS 2018: KEMENKUMHAM

Dear All, Sebentar lagi pembukaan tes CPNS utk tahun anggaran 2019 akan dibuka ya? Udah ada persiapan sejauh mana? Belajarnya gimana? Mungkin aku bisa sedikit berbagi tips dan trick untuk lulus tes CPNS Dua kali ikut tes cpns, pertama apply di BPK thn 2017, lolos sampai tes wawancara tapi ga dapat kursi karena kuota 2 orang, aku ranking 4 dr 6 😂 nyesek banget tapi aku engga putus asa, tahun berikutnya aku ikut lagi tapi ambil di Kemenkumham dan alhamdulillah LULUS dan sekarang sedang mengikuti latsar (latihan dasar) sebagai syarat diangkat jd PNS 😄 mohon doanyaaa Yuk, yang tertarik untuk tau gimana caranya, silakan respon dan komen ya 😀😀😀😀😀 insyaa Alloh kalo responnya positif, aku usahain tulis semua pengalamanku saat itu buat gambaran kalian, siapa tahu bermanfaat PS: ternyata udah lama ga nulis bikin kaku ya 😛😛😛😛😛

Sepotong Kisah yang Menautkan Kita

Pagi yang begitu dingin. Hujan terlalu setia untuk meninggalkan bumi, menghujam bumi dengan segala yang ia miliki. Angin bertiup perlahan, pucuk pepohonan bergoyang, mengikuti irama yang alam tawarkan. Embun tebal menutupi jendela, tinggalkan kesan dingin dan terlupakan. Ini adalah sepotong kisah yang menautkan kita. Bukan  tentang kesendrian yang berusaha membuatku merasa bosan setengah mati. Kamu tahu, rindu adalah perasaan yang akan selalu mengendap dalam dada. Tidak akan terhenti. Apakah kamu menatap langit yang sama seperti yang kutatap sore kemarin? Saat angin menghembus kencang, menusukku, mengibaskan pakaianku layaknya seorang dewi yang turun dari langit. Hahaha, agaknya aku terlalu berlebihan.