Langsung ke konten utama

Rindu macam apa?

Seluruh berat tubuhku terjatuh pada gravitasimu
Tersedot dalam pusaran namamu

Bagaimana mungkin aku melupakan bayangmu,
di kala hanya gelombangmu yang mampu menjamah sensorku?

Wajahmu timbul tenggelam
menyapu bersih seluruh ingatan

Tawamu sudah pasti meradiasi seluruh kewarasanku

Bercokol kuat di labirin kelu milikku,
kamu satu.

Menghadirkan senyawa bernama cinta

dan kemudian rindu ini menancapkan taringnya kuat-kuat
melekatkan sendu teramat dalam di selongsong waktu

Berpilin-pilin, memuntir akal sehat

"Sudah kubilang, cinta takkenal logika!"


Senja sepi di pelataran kota mati

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENGALAMAN LULUS TES CPNS 2018: KEMENKUMHAM

Dear All, Sebentar lagi pembukaan tes CPNS utk tahun anggaran 2019 akan dibuka ya? Udah ada persiapan sejauh mana? Belajarnya gimana? Mungkin aku bisa sedikit berbagi tips dan trick untuk lulus tes CPNS Dua kali ikut tes cpns, pertama apply di BPK thn 2017, lolos sampai tes wawancara tapi ga dapat kursi karena kuota 2 orang, aku ranking 4 dr 6 😂 nyesek banget tapi aku engga putus asa, tahun berikutnya aku ikut lagi tapi ambil di Kemenkumham dan alhamdulillah LULUS dan sekarang sedang mengikuti latsar (latihan dasar) sebagai syarat diangkat jd PNS 😄 mohon doanyaaa Yuk, yang tertarik untuk tau gimana caranya, silakan respon dan komen ya 😀😀😀😀😀 insyaa Alloh kalo responnya positif, aku usahain tulis semua pengalamanku saat itu buat gambaran kalian, siapa tahu bermanfaat PS: ternyata udah lama ga nulis bikin kaku ya 😛😛😛😛😛

Sepotong Kisah yang Menautkan Kita

Pagi yang begitu dingin. Hujan terlalu setia untuk meninggalkan bumi, menghujam bumi dengan segala yang ia miliki. Angin bertiup perlahan, pucuk pepohonan bergoyang, mengikuti irama yang alam tawarkan. Embun tebal menutupi jendela, tinggalkan kesan dingin dan terlupakan. Ini adalah sepotong kisah yang menautkan kita. Bukan  tentang kesendrian yang berusaha membuatku merasa bosan setengah mati. Kamu tahu, rindu adalah perasaan yang akan selalu mengendap dalam dada. Tidak akan terhenti. Apakah kamu menatap langit yang sama seperti yang kutatap sore kemarin? Saat angin menghembus kencang, menusukku, mengibaskan pakaianku layaknya seorang dewi yang turun dari langit. Hahaha, agaknya aku terlalu berlebihan.